Minat pada peliharaan “low maintenance, high serenity” makin tinggi. Di AS, nilai pasar ikan hias diperkirakan naik dari USD 1.68 miliar (2024) ke USD 1.83 miliar (2025), didorong kemudahan perawatan dan teknologi akuarium yang mempermudah per-harian. Di global, pasar ikan hias juga diproyeksikan meningkat 2025—indikasi bahwa gelombang minat bersifat lintas negara.
Di sisi perilaku, 74% pemilik ikan berniat tetap memelihara dalam setahun ke depan, dan mayoritas berniat membeli ikan lagi—artinya konten edukasi, panduan setup, dan rekomendasi produk punya peluang trafik tinggi sepanjang 2025.
Baca juga : Tren Aquascape Terbaru 2025 yang Wajib Dicoba Pecinta Ikan Hias
Tren Besar Hobi Ikan Hias 2025
Aquascaping jadi “wellness décor”
Aquascaping bukan sekadar hobi, tapi bagian dari dekor rumah untuk relaksasi dan mindful living. Media gaya hidup menyorot aquatecture—perpaduan seni tanaman air, kayu, batu, dan tata cahaya—sebagai tren dekor yang menenangkan. Dampaknya: permintaan hardscape natural, tanaman hardy (Anubias, Java fern), dan substrat kaya nutrisi makin stabil.
Implikasi untuk publisher/toko: konten ide layout (Nature Style, Iwagumi, Jungle), paket “starter scape”, dan panduan maintenance low-stress berpotensi CTR tinggi.
Nano tank & low-tech movement
Keterbatasan ruang urban + efisiensi biaya mendorong akuarium nano (10–40 liter), low-tech tanpa CO₂ berat, lampu hemat energi, dan flora tahan banting. Pas dengan demografi pemula dan renters—membuka pasar kit all-in-one, filter internal sunyi, dan lampu LED hemat daya.
Smart aquarium & otomasi harian
Pengguna makin mengadopsi feeder otomatis, auto top-off, sensor pH/temperatur, dan controller berbasis aplikasi. Pasar perangkat pintar akuarium diproyeksikan tumbuh stabil hingga 2033 seiring IoT rumah. Konten “setup otomatisasi 1 juta–5 juta rupiah” atau “review controller pH” sangat dicari.
Etika & keberlanjutan: captive-bred, tanaman non-invasif
Kesadaran soal dampak lingkungan meningkat. Isu spesies rentan seperti Banggai cardinalfish memicu sorotan kebijakan impor/ekspor dan mendorong preferensi captive-bred. Di Eropa, kerangka kerja untuk Invasive Alien Species (IAS) memperketat risiko pelepasan spesies non-pribumi. Bagi hobiis dan pelaku usaha, label aquaculture-bred, traceability, dan edukasi “Don’t release” akan jadi trust signal.
Konten video pendek & live-shopping dorong discovery
Hobi ini sangat visual. Video 15–60 detik tentang before–after aquascape, time-lapse trimming, hingga “tank tour” mengakselerasi discovery dan konversi. Ekosistem live-shopping lokal (mis. shop-in-app) membuat bundle starter dan flash sale perlengkapan akuarium makin efektif, terutama saat momen kampanye musiman.
Biotope lokal & “sense of place”
Kurasi biotope Nusantara (Sunda, Papua, Sulawesi) kian diminati: blackwater gambut, arus deras sungai kapuas gaya hillstream, atau estuari payau mini. Ini memicu minat pada kayu lokal, daun ketapang, pasir gelap, dan ikan/tanaman endemik hasil budidaya.
Shrimp & snail boom berlanjut
Udang hias (Neocaridina, Caridina) dan siput (Nerite, Rabbit) tetap naik daun sebagai “clean-up crew” yang instagrammable. Pasar aksesorinya—shrimp soil, mineral, breeding box—tumbuh mengikuti komunitas niche yang sangat aktif berbagi setup.